Selasa, 15 Maret 2011

Waktu Adalah Usia Kita


 





Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang berima
dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr [103] : 1-3)


Imam Ja’far bin Muhammad as-Shadiq memberi nasihat: “Siapapun yang akhir dari dua hari yang dilewatinya buruk, maka ia adalah orang yang terkutuk! Siapapun yang tak melihat adanya pertambahan kebaikan dalam dirinya, maka ia adalah orang yang berkekurangan. Dan siapapun yang dirinya berkekurangan, maka kematian lebih baik baginya daripada kehidupan.” Itulah sebuah nasihat yang harus kita hayati dengan dalam, terlebih ketika hari-hari yang kita lewati tak jua menambah kesadaran untuk merubah diri. Waktu demi waktu terus bergulir, tetapi rentetan perjalanan hidup yang kita jalani hingga hari ini selalu menorehkan keburukan. Alangkah tak pantasnya kita mengaku beriman, tetapi ketika melakukan kemaksiatan terasa begitu aman. Sungguh, terkadang kita memang sering tak tahu berterima kasih. Dr. Yusuf Qardhawi pernah menulis dalam sebuah risalahnya bahwa waktu terus berlalu dan tak pernah kembali. Waktu adalah harta manusia yang paling berharga. Waktu adalah kehidupan bagi seorang muslim.
Belajarlah dari perjalanan hari-hari, dari pergantian siang dan malam. Sebab di dalam keduanya ada sesuatu yang baru, dan keduanya dapat mendekatkan sesuatu yang jauh. Dan ketahuilah, seungguhnya pada masingmasing waktu yang terlewati ada kewajiban yang harus kita laksanakan untuk Allah. Sahabat, bingkai kehidupan yang kita jalani selalu pasang surut, beralih pada sebuah keadaan ke keadaan lain. Ada kenikmatan yang pernah kita rasakan, ada kesengsaraan yang pernah kita dapatkan, ada ketaatan yang datang menjelang, dan ada kemaksiatan yang terkadang kita lakukan.
Pada empat keadaan inilah ada kewajiban hamba untuk Allah. Pertama, bagi kita yang mendapatkan kenikmatan, kewajiban kita harus bersyukur kepada-Nya. Kedua, bagi yang berada dalam kesengsaraan, berkewajiban untuk bersabar dan ridha terhadap ketetapan-Nya. Ketiga, bagi yang sedang berada dalam ketaatan, berharaplah selalu kepada-Nya agar kebajikan, hidayah dan taufiq selalu tertanam dalam jiwa. Keempat, bagi yang berada dalam kemaksiatan, berkewajiban selalu memohon ampunan, bertobat atas kesalahan agar tersucikan segala kotoran, agar termaafkan segala kemaksiatan.

Sungguh, waktu adalah peluang untuk meraih kesempatan dalam menggapai cita-cita. Sekali kita tinggalkan waktu, saat itu juga kita tidak dapat mengejarnya lagi walaupun sedetik. Hilang kesempatan timbul kekecewaan, karena di dalam waktulah kita mendapat kebahagiaan dan kesengsaraan. Ketahuilah, perjalanan hidup manusia melaju dengan cepat menuju Allah SWT. Hendaklah kita selalu mengadakan perhitungan untung-rugi dari apa yang telah kita kerjakan. Sebab setiap gerak dari kehidupan kita tak satupun yang luput dari penglihatan Allah. Karena memang Dia-lah yang memberi kekuatan gerak dalam hidup kita. Betapa seringnya kita tertipu. Kita mengira bahwa kita diam, sedangkan waktu terus berjalan.
Sebagai perumpamaan dalam hidup, mungkin kita pernah naik kereta api yang sedang berjalan, nampak dari dalam jendela seakan kita melihat lingkungan di luar kereta berlari, padahal sesungguhnya kitalah yang bergerak cepat. Sahabat, di antara sekian banyak kenikmatan yang kita rasakan adalah nikmat umur. Betapa berharganya umur sehingga tidak dapat kita nilai dengan uang yang bertumpuk atau dengan emas yang berbungkal-bungkal.
Rasulullah mengingatkan kita tentang betapa pentingnya memahami persoalan ini. Beliau bersabda,”Belum lagi hilang jejak kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga kepadanya telah diajukan empat pertanyaan, yaitu: tentang umurnya kemana dihabiskan, tentang tubuhnya untuk apa dipakainya, tentang ilmunya apa yang sudah diamalkan dengannya, dan tentang hartanya dari mana diperolehnya dan untuk apa dibelanjakannya.” (HR Bukhari)
Sadarilah, pada waktu itu ketika sampai pertanyaan tentang usia yang kita habiskan, kita tak dapat berdusta sedikitpun karena seluruh tubuh kita menjadi saksi dari apa yang kita kerjakan. Barulah timbul penyesalan yang saat itu tidak berguna sebanyak apapun penyesalan kita bahkan tangis dan ratap kita tak dapat menolong sedikitpun. Umur kita akan melaporkan kepada Allah dengan tidak dikurangi dan ditambah sedikitpun.

Sesungguhnya semakin bertambah umur kita setahun, semakin dekat kita kepada ajal. Semakin dekat kita kepada ajal, semakin dekat pula kita ke liang kubur. Karenanya, sebelum umur kita bercerai dari badan, jangan terlambat untuk bertobat menyesali kealpaan diri. Jangan terpedaya oleh pesona keindahan dunia, jangan tergiur oleh pengaruh pangkat dan jabatan.
Penulis : Ustadz Anwar Anshori Mahdum

0 komentar:

Entri Populer

mainan

Template by : kendhin x-template.blogspot.com